Saturday 30 January 2016

Sekilas Hidup dan Perjuangan Bapak K.H.R.A .Memed Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hidayah Bandung

MASA KE PESANTREN
Dilahirkan di Sindang Jaya,Banjar Sari Ciamis pada tanggal 15 April Tahun 1922,merupakan kakak sebapak dari H. Aef Saefullah Ketua DKM Masjid Nurul Iman .Ayahnya bernama K.H.Bisri dan berasal dari Banten yang membuka Pesantren di Sindang Jaya Ciamis ,sedangkan ibunya dari Tasikmalaya bernama Hj. Siti Fatimah >Pendidikan SR setingkat SD sekarang merupakan pendidikan formal yang diterimanya. Terhentinya pendidikan ini karena pandangan orang tuanya yang anti Belanda mengharamkannya Atas anjuran kedua orang tuanya
Beliau R.A. Memed kecil memulai pendidikan pesantren di Ci Dewa Ciamis ,keluar dari Ci Dewa ,beliau melanjutkan ke pesantren Gunung Nangka khusus belajar qira’at. keluar dari Gunung Nangka kemudian mondok di pesantren Utama Ciamis untuk belajar ilmu Nahwu ,Fiqih,Tauhid,dan lain-lain kira-kira selama 3 tahun.Tamat dari pesantren utama lalu pindah ke pesantren Sukamanah ,Singaparna Tasikmalaya yang merupakan pondok pesantren paling modern di Jawa Barat pada saat itu.Dengan santri lebih dari 1500 orang dan memiliki enam pondok,R.A.Memed menempati pondok Suka Senang,ia mulai mendalami bidang keagamaan yang lebih tinggi.Selama disana beliau sempat pula dipercaya mengajar anak-anak santri di mesjid bersama  -sama denga Kiai.E.Ambari Mukhsin .setelah 2 tahun di pesantren sukamanah dengan restu dan do’a dari K.H. Jaenal Mustafa dan kedua orang tuanya kemudian melanjutkan ke pesantren Tebu Ireng yang merupakan pesantren terbesar kala itu.
Dibimbing oleh K.H. Hasyim As’ari yang merupakan mentri Agama pertama,jiwa,mental dan keimanan makin kuat. Di pesantren  Tebu  Ireng Jombang Jawa Timur,beliau R.A Memed ditempatkan di Almu’alimin setingkat Aliyah sekaran.Saat masa revolusi makin meningkat pada tahun 1945,diiringi dengan do’a dan restu K.H.Hasyim As’ari ia pun dilepas pulang ke sindang jaya Ciamis,yang kemudian diserahi pesantren oleh bapaknya.
MASA PERJUANGAN
Tidak lama beliau memimpin pondok jiwanya terpanggil untuk ikut dalam kancah perjuangan mengusir kaum penjajah.Dalam perjuangannya R.A.Memed ditunjuk untuk memimpin Hizbullah dan fisabilillah se Ciamis . Sebagai pejuang bangsa ,beliaupun tidak terlepas dari penjara .Beberapa kali ia ditangkap dan keluar masuk penjara,tapi tidak pernah menyurutkan perjuangannya.saat pemberotakan DI ( Darul Islam /TII ( tentara Islam Indonesia) meletus,R.A.Memed duduk di Dewan Pemulihan yang ditugasi untuk menerima dan menyadarkan kembali orang-orang yang ikut memberontak,yang tugasnya meliputi Ciamis,Garut dan Tasikmalaya.Dalam Pandangannya,DI/TII itu bercampur baur dengan PKI hal ini dibuktikan dengan merajalelanya pembakaran,perampokan dan pembunuhan kepada penduduk yang tampa dosa “sejak dari jawa tengah kepada DI/TII itu sebenarnya saya sudah ragu. Karena para kiai dan para santri pun tidak luput dari pembunuhan “tuturnya
Untuk menghidupi keluarganya pada tahun 1952 beliau pergi ke Bandung.Dibandung beliau menjadi pengemudi trayek Bandung-Cililin setelah mencari bus trayek Bandung-Ciamis tidak ia dapatkan,walaupun demikian beliau sempet juga bekerja seraburan di Jakarta,tepat pada saat pemberontakan PKI pada tahun 1966 meletus.Dalam mencari nafkahnya R.A.Memed pun membuka toko menjual belikan barang-barang kebutuhan pokok seperti beras,gula,minyak tanah dan lain-lain yang diperuntukan untuk masyarakan se-kecamatan Batu Nunggal.Dalam usahanya itu ia sering berurusan dengan polisi,karena barang-barang kebutuhan pokok tidak dijual beras.Hanya karena kepandaian berdiplomasi ia selalu dibebaskan.
MENYEBARKAN AGAMA
Sebagai usahawan dalam berpakaian beliau R.A.Memed tidak beda dengan masyarakat lainnya,sehingga tidak ada yang tahu kalau sebenarnya beliau ahli Agama”maranehna teu nyarahoeun lamu bapak the beuki agama ( mereka tak ada yang tahu kalau saya bisa agama)” katanya setelah berseloroh.
Bermula dari kosongnya khotib jum’at di masjid Santosa Cibangkong,beliau memberanikan diri untuk menjadi khotib dengan pakaian yang seadanya (bubudugulan) daripada jum’atan bubar,begitulah yang ada dalam benaknya waktu itu .Ilmu itu cahaya dan cahaya itu terang,inilah yang terjadi dengan beliau R.A Memed,dari sanalah masyarakat baru tahu kalau seorang Bandar becak itu sebenarnya seorang U’LAMA.
Atas dasar permintaan pak Lurah,beliau R.A.Memed memulai menjadi khotib dan pengajian pun beliau buka setelah banyaknya animo masyarakat untuk belajar agama.Dari meja makan beliau pindahkan pengajian ke mesjid karena makin banyaknya masyarakat yang ingin mendalami agama. Fasilitas yang terbatas telah membuat berfikiruntuk mengadakan lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren.Dukungan kongkrit datang dari Mayor   R.A.Syahdi yang juga alumni pesantren Tebu Ireng ,Kiai E.Ambari Mukhsin,dan tokoh-tokoh masyarakat sekitarnya.
Untuk merealisasikan gagasan itu,dibentunlah panitia pembangunan mesjid yang pada akhirnya setelah mesjid selesai beberapa kali mengalami pemugaran sampai seperti kita lihat sekarang.
PANDANGAN DAN HARAPAN

Meski Cibangkong waktu itu dikenal sebagai daerah paling rawan karena sebagai tempat pemabukan,keributan,dan tempat para germo menampung para WTS.Beliau R.A Memed tidak putusan harapan.kesungguhan untuk menuntun masyarakat kejalan yang diridhoi oleh Allah kini telah membuahkan hasil”dulu orang kalau mau melaksanakan sholat atau puasa itu malu kalau terlihat orang” tutur sang Kyai yang menjadi ketua Masyumi sekecamatan Batununggal pada waktu pemilu 1955 itu.Dalam membina para santrinya sang kyai tidak saja memberikan ilmu-ilmu agamanya tapi juga bimbingan msalah amaliah sangat beliau tekankan.bahkan parasantripun dianjurkan untuk belajar ilmu pengetahuan umum ,hal ini di maksudkan agar para santri mampu menjawab segala tantangan di masyarakat yang semakin komplek karena menurutnya banyak para u’lama dijamn sekarang cenderung indoktinasi di dalam menyampaikan ajarannya       ,sehingga banyak melahirkan pemahaman agama yang sempit.Daalam pandangan kyai yang dikenal jago ilmu alat ini bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan didalam pembinaan pesantren ,yaitu :
1.       masalah ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum
2.       partisipasi masyarakat sekitar pesantren dan
3.       bimbingan masalah amaliah
yang tiga hal inilah yang selalu menjadi bahan kajian dan renungannya selama mondok di beberapa pesantren itu bagi para santri yang aktif dalam pengajian tafsir shubuh mungkin begitu merasakan bagaimana pak kiai yang sudah lima kali ke tanah suci ini member contoh membina dan membimbing masalah amaliah santrinya.

Sumber dari buletin Gema Ashabul Kahfi ( GAK ) Ponpes Darul Hidayah JLN.17 Agustus II no 19 Bandung

No comments:

Post a Comment