MASA KE PESANTREN
Dilahirkan di
Sindang Jaya,Banjar Sari Ciamis pada tanggal 15 April Tahun 1922,merupakan
kakak sebapak dari H. Aef Saefullah Ketua DKM Masjid Nurul Iman .Ayahnya
bernama K.H.Bisri dan berasal dari Banten yang membuka Pesantren di Sindang
Jaya Ciamis ,sedangkan ibunya dari Tasikmalaya bernama Hj. Siti Fatimah
>Pendidikan SR setingkat SD sekarang merupakan pendidikan formal yang
diterimanya. Terhentinya pendidikan ini karena pandangan orang tuanya yang anti
Belanda mengharamkannya Atas anjuran kedua orang tuanya
Beliau R.A.
Memed kecil memulai pendidikan pesantren di Ci Dewa Ciamis ,keluar dari Ci Dewa
,beliau melanjutkan ke pesantren Gunung Nangka khusus belajar qira’at. keluar
dari Gunung Nangka kemudian mondok di pesantren Utama Ciamis untuk belajar ilmu
Nahwu ,Fiqih,Tauhid,dan lain-lain kira-kira selama 3 tahun.Tamat dari pesantren
utama lalu pindah ke pesantren Sukamanah ,Singaparna Tasikmalaya yang merupakan
pondok pesantren paling modern di Jawa Barat pada saat itu.Dengan santri lebih
dari 1500 orang dan memiliki enam pondok,R.A.Memed menempati pondok Suka
Senang,ia mulai mendalami bidang keagamaan yang lebih tinggi.Selama disana
beliau sempat pula dipercaya mengajar anak-anak santri di mesjid bersama -sama denga Kiai.E.Ambari Mukhsin .setelah 2
tahun di pesantren sukamanah dengan restu dan do’a dari K.H. Jaenal Mustafa dan
kedua orang tuanya kemudian melanjutkan ke pesantren Tebu Ireng yang merupakan
pesantren terbesar kala itu.
Dibimbing oleh
K.H. Hasyim As’ari yang merupakan mentri Agama pertama,jiwa,mental dan keimanan
makin kuat. Di pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur,beliau R.A Memed
ditempatkan di Almu’alimin setingkat Aliyah sekaran.Saat masa revolusi makin
meningkat pada tahun 1945,diiringi dengan do’a dan restu K.H.Hasyim As’ari ia
pun dilepas pulang ke sindang jaya Ciamis,yang kemudian diserahi pesantren oleh
bapaknya.
MASA PERJUANGAN
Tidak lama
beliau memimpin pondok jiwanya terpanggil untuk ikut dalam kancah perjuangan
mengusir kaum penjajah.Dalam perjuangannya R.A.Memed ditunjuk untuk memimpin
Hizbullah dan fisabilillah se Ciamis . Sebagai pejuang bangsa ,beliaupun tidak
terlepas dari penjara .Beberapa kali ia ditangkap dan keluar masuk penjara,tapi
tidak pernah menyurutkan perjuangannya.saat pemberotakan DI ( Darul Islam /TII
( tentara Islam Indonesia) meletus,R.A.Memed duduk di Dewan Pemulihan yang
ditugasi untuk menerima dan menyadarkan kembali orang-orang yang ikut
memberontak,yang tugasnya meliputi Ciamis,Garut dan Tasikmalaya.Dalam
Pandangannya,DI/TII itu bercampur baur dengan PKI hal ini dibuktikan dengan
merajalelanya pembakaran,perampokan dan pembunuhan kepada penduduk yang tampa
dosa “sejak dari jawa tengah kepada DI/TII itu sebenarnya saya sudah ragu.
Karena para kiai dan para santri pun tidak luput dari pembunuhan “tuturnya
Untuk menghidupi
keluarganya pada tahun 1952 beliau pergi ke Bandung.Dibandung beliau menjadi
pengemudi trayek Bandung-Cililin setelah mencari bus trayek Bandung-Ciamis
tidak ia dapatkan,walaupun demikian beliau sempet juga bekerja seraburan di
Jakarta,tepat pada saat pemberontakan PKI pada tahun 1966 meletus.Dalam mencari
nafkahnya R.A.Memed pun membuka toko menjual belikan barang-barang kebutuhan
pokok seperti beras,gula,minyak tanah dan lain-lain yang diperuntukan untuk
masyarakan se-kecamatan Batu Nunggal.Dalam usahanya itu ia sering berurusan
dengan polisi,karena barang-barang kebutuhan pokok tidak dijual beras.Hanya
karena kepandaian berdiplomasi ia selalu dibebaskan.
MENYEBARKAN AGAMA
Sebagai usahawan
dalam berpakaian beliau R.A.Memed tidak beda dengan masyarakat lainnya,sehingga
tidak ada yang tahu kalau sebenarnya beliau ahli Agama”maranehna teu nyarahoeun
lamu bapak the beuki agama ( mereka tak ada yang tahu kalau saya bisa agama)”
katanya setelah berseloroh.
Bermula dari kosongnya khotib
jum’at di masjid Santosa Cibangkong,beliau memberanikan diri untuk menjadi
khotib dengan pakaian yang seadanya (bubudugulan) daripada jum’atan
bubar,begitulah yang ada dalam benaknya waktu itu .Ilmu itu cahaya dan cahaya
itu terang,inilah yang terjadi dengan beliau R.A Memed,dari sanalah masyarakat
baru tahu kalau seorang Bandar becak itu sebenarnya seorang U’LAMA.
Atas dasar
permintaan pak Lurah,beliau R.A.Memed memulai menjadi khotib dan pengajian pun
beliau buka setelah banyaknya animo masyarakat untuk belajar agama.Dari meja
makan beliau pindahkan pengajian ke mesjid karena makin banyaknya masyarakat
yang ingin mendalami agama. Fasilitas yang terbatas telah membuat berfikiruntuk
mengadakan lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren.Dukungan kongkrit datang
dari Mayor R.A.Syahdi yang juga alumni
pesantren Tebu Ireng ,Kiai E.Ambari Mukhsin,dan tokoh-tokoh masyarakat
sekitarnya.
Untuk merealisasikan gagasan
itu,dibentunlah panitia pembangunan mesjid yang pada akhirnya setelah mesjid
selesai beberapa kali mengalami pemugaran sampai seperti kita lihat sekarang.
PANDANGAN DAN HARAPAN
Meski Cibangkong
waktu itu dikenal sebagai daerah paling rawan karena sebagai tempat
pemabukan,keributan,dan tempat para germo menampung para WTS.Beliau R.A Memed
tidak putusan harapan.kesungguhan untuk menuntun masyarakat kejalan yang
diridhoi oleh Allah kini telah membuahkan hasil”dulu orang kalau mau
melaksanakan sholat atau puasa itu malu kalau terlihat orang” tutur sang Kyai
yang menjadi ketua Masyumi sekecamatan Batununggal pada waktu pemilu 1955
itu.Dalam membina para santrinya sang kyai tidak saja memberikan ilmu-ilmu
agamanya tapi juga bimbingan msalah amaliah sangat beliau tekankan.bahkan
parasantripun dianjurkan untuk belajar ilmu pengetahuan umum ,hal ini di
maksudkan agar para santri mampu menjawab segala tantangan di masyarakat yang
semakin komplek karena menurutnya banyak para u’lama dijamn sekarang cenderung
indoktinasi di dalam menyampaikan ajarannya ,sehingga banyak melahirkan pemahaman
agama yang sempit.Daalam pandangan kyai yang dikenal jago ilmu alat ini bahwa
ada tiga hal yang harus diperhatikan didalam pembinaan pesantren ,yaitu :
1. masalah
ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum
2. partisipasi
masyarakat sekitar pesantren dan
3. bimbingan
masalah amaliah
yang tiga hal
inilah yang selalu menjadi bahan kajian dan renungannya selama mondok di
beberapa pesantren itu bagi para santri yang aktif dalam pengajian tafsir
shubuh mungkin begitu merasakan bagaimana pak kiai yang sudah lima kali ke
tanah suci ini member contoh membina dan membimbing masalah amaliah santrinya.
Sumber dari buletin
Gema Ashabul Kahfi ( GAK ) Ponpes Darul Hidayah JLN.17 Agustus II no 19 Bandung